SMAMGA GOES TO SEMARANG - YOGYA
Suasana
menggembirakan bagi siswa-siswi SMAMGA kelas XI akhirnya datang juga. Objek Kegiatan
Tengah Semester (KTS) kali ini diadakan di kota Semarang tepat pada tanggal
17-19 Oktober 2019. Pada kamis malam rombongan SMA Muhammadiyah 3 Surabaya yang
dipimpin oleh ibu Erlina Wulandari, S. Pd mulai berangkat dari kota Surabaya
menuju Semarang. Pukul 03.00 WIB bus yang berjumlah 4 buah tersebut telah
mendarat di Masjid Agung Jawa tengah. Siswa-siswi dan guru pendamping
bersiap-siap dan menunggu sholat shubuh berjamaah, setelah itu dilanjut bersih
diri dan sarapan pagi.
Kebahagiaan
terukir di kota Semarang, langit cerah berseri mengiringi perjalanan rombongan
SMAMGA di hari pertama ketika hendak menuju ke Universitas Diponegoro.
Kunjungan kampus kali ini bertujuan untuk mengenalkan dunia perkuliahan.
Siswa-siswi diajak untuk menyelami beberapa hal penting ketika ingin memasuki
perkuliahan. Mulai dari menemukan bakat minat individu, pemilihan program
studi, hingga trik-trik yang perlu dilakukan agar mampu menembus Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) yang diinginkan. Narasumber yang merupakan perwakilan dari
LP2MP dari Universitas Diponegoro itu pun juga menjelaskan secara lengkap
mengenai seluk beluk fakultas dan program studi yang terdapat di Universitas
Diponegoro yang kerap disebut UNDIP oleh masyarakat luas tersebut. UNDIP yang
notabene-nya salah satu PTN favorit tersebut telah melahirkan banyak lulusan
berkualitas yang menyebar di berbagai kalangan masyarakat.
Siswa-siswi
SMAMGA selain dikenalkan dengan dunia perkuliahan juga diajak berkunjung ke
Akademi kepolisian Semarang. Beberapa taruna muda dikerahkan ke hadapan
siswa-siswi agar lebih intensif dalam memahami perihal sistem pendidikan yang
diterapkan. Menjalani hari-hari di Akademi Kepolisian (AKPOL) tidaklah mudah.
Diperlukan semangat yang tinggi dan jiwa yang kuat agar mampu melewati
hari-hari dengan baik ujar salah satu taruna yang berasal dari Kalimantan
tersebut. Untuk bisa memasuki Akademi Kepolisian harus mampu melewati berbagai
tes yang tidak gampang sambungnya. Berbagai pertanyaan menarik pun dilontarkan
oleh siswa-siswi SMAMGA. Rasa keingintahuan yang selama ini terpendam di benak
para siswa, terjawab sudah di sesi tanya jawab yang berlangsung kurang lebih
selama satu setengah jam tersebut. Menempuh pendidikan di AKPOL tentunya tidak
lepas dari suka duka pangkas seorang taruna yang telah menjadi senior untuk
mengakhiri acara kunjungan tersebut. Selanjutnya, siswa-siswi diajak
berkeliling AKPOL dan ditutup dengan foto bersama di tugu monumental AKPOL
Semarang.
Pada
sore hari di Kota Semarang, siswa-siswi disajikan sebuah bangunan tua yang
menyimpan berbagai sejarah. Terik yang mulai condong ke barat pun masih
menyisakan bayang-bayang semu yang sebentar lagi memudar di pelataran bangunan
yang menjadi saksi bisu tragedi penyiksaan Belanda terhadap orang pribumi
tersebut. Lawang Sewu, bangunan yang
sekarang dijadikan obyek wisata kota Semarang tersebut memiliki struktur
bangunan yang unik. Pintu yang biasa disebut lawing oleh masyarakat Jawa tersebut konon berjumlah seribu.
Siswa-siswi pun mulai bergegas menyusuri lorong demi lorong yang hamper setiap
ruangannya pun berbentuk sama. Di lantai 1 terdapat museum yang menyimpan barang-barang
lama mengingat sebelum digunakan untuk pembantaian kompeni belanda terhadap
pribumi, banguna tersebut sempat digunakan sebagai kantor kereta api di Kota
Semarang. Siswa-siswi SMAMGA dengan antusias menyimak penjelasan tour guide mengenai seluk beluk lawang sewu. Setelah mengakhiri lelah di
lawang sewu, siswa-siswi dan guru pendamping melanjutkan perjalanan ke
Yogyakarta.
Hari
kedua, di Yogyakarta tepatnya pagi hari setelah beristirahat di hotel POP
Yogyakarta, siswa-siswi dan guru pendamping SMAMGA melanjutkan perjalanannya ke
pusat oleh-oleh Yogyakarta dan tak lupa singgah di salah satu ikon perbelanjaan
Yogyakarta yaitu Malioboro. Setelah selesai dari Malioboro, langsung menuju ke
gunung Merapi. Setelah sampai di lokasi, beberapa buah jeep telah siap berjejer
untuk kemudian mengangkut siswa-siswa dan guru pendamping untuk menyusuri
kawasan gunung merapi. Jalanan terjal nan berliku berhasil dilewati untuk
membelai pucuk merapi. Terbayar sudah perjalanan kali ini, merapi memang indah.
Walaupun beberapa kali sempat lelah memuntahkan lava panas yang kerap memakan
korban. Namun, merapi tetap indah bukan? Untuk sesekali dikunjungi dan
diabadikan. Senyum tersungging di wajah siswa-siswi dan guru pendamping mengiringi
perjalanan pulang menuju tanah Surabaya.